Jumat, 30 November 2018

Catatan Akhir Tahun 2018

Iqra', biasa diterjemahkan dengan “bacalah”, merupakan kata pertama dari wahyu yang disampaikan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw. ... 

Pesan yang disampaikan Nabi kepada kita ini  sepertinya kurang dihayati oleh orang di Indonesia. Buktinya minat baca masyarakat Indonesia berdasarkan hasil penelitian World's Most Literate Nations yang dilakukan Central Connecticut State University , New Britain, Amerika Serikat, pada Maret 2016 lalu, Indonesia bahkan dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam minat membaca. Sungguh ironis di negeri yang mayoritas beragama Islam.
Fakta ini dibuktikan nggak cuma lewat rendahnya minat baca buku maupun tulisan-tulisan berbentuk cetak saja, tapi juga dari berbagai komentar maupun pertanyaan yang sering kali dilayangkan netizen. Banyak netizen Indonesia yang kerap malas atau nggak membaca penjelasan yang sudah tertulis dan malah bikin orang lain geleng-geleng kepala melihatnya, mulai dari yang belanja online sampai men-download aplikasi di handphone. 
Ini yang kadang-kadang  membuat saya geram, kok ya mau bodoh lama-lama hehehe. ya tapi itulah, dalam kehidupan kita harus menerima perbedaan, karena kehidupan itu adalah perbedaan, tidak akan ada kehidupan bila tidak ada perbedaan. Iya kan?? 
Sudah lama sepertinya saya tidak menulis, baru kepikiran lagi untuk menulis lagi setelah merasa gemes sendiri melihat orang semakin bangga akan ketidaktahuannya namun merasa paling tahu. Bacalah teman, maka kamu akan banyak menghargai perbedaan.
Menurut saya, orang yang banyak membaca adalah orang yang mau menghargai dan menerima beraneka ragam berbedaan, mengapa? dari setiap buku yang dibaca tentunya penulisnya berbeda-beda kan?, dan dari penulis yang berbeda tersebut kita menerima apapun opini mereka dalam bentuk buku yang mereka tulis, apapun buku itu, .dan akhirnya kita pun bisa melihat  perbedaan dari sisi 'Helicopter View' dan kalau sudah begini tentunya kita bisa cepat mengambil kesimpulan tanpa perlu dipengaruhi oleh orang lain. be smart ya teman.
Artikel ini untuk mengobati rasa rindu saya untuk bisa ngeblog lagi, dan semoga alam semesta mendukung.




Senin, 14 November 2016

Ziarah Ke Makam Pelacur (Jack & Sufi)

Malam itu, Jack dengan jamaah pelacur kelas tinggi sedang berbincang di hotel bintang lima.Di bulan suci, apa yang mereka inginkan?Ya,mereka juga pasti ingin hari raya, pulang kampung dengan membawa oleh-oleh. Di antara mereka banyak yang libur melacur, hanya minta kiriman lewat ATM para pelanggannya. Ada pula yang masih ngebut mencari “tumpangan” layaknya angkot. Ada pula yang sudah berjanji, selepas lebaran, dunia kelam akan ditutup selamanya dalam hidupnya. Macam-macamlah.
Jack bercerita banyak tentang sejarah pelacuran di dunia,sampai profil-profil pelacur hingga seorang pelacur yang menjadi permaisuri raja, dan sempat menyelamatkan negrinya. Tak kurang pula bagaimana Jack mengisahkan tobatnya para pelacur dan sejumlah pelacur yang memondokkan anaknya di pesantren, dari hasil pelacuran.
“Malam inikita akan lanjutkan ziarah bersama ke sebuah makam seorang perempuan mulia di mata Allah tapi hina di mata manusia…”
“Apakahdiaseorang penjahat? Koruptor? Kanibal?Atau…? Seperti kita-kita ini, Mas? tanya salah satu hostes di hotel itu.
“Ya, Anda tebak sendiri. Kita kesana, kita tahlil, danberdoa bersama?”
Para pelacur itu sepertinya sudah mengerti siapa yang akan di ziarahi itu.Wajah-wajahmereka mengekspresikan pancaran yang beragam. Ad yang kelihatan pucat pasi,ada pula yang gembira, ada pula yang menunduk, ada pula yang langsung menitikkan air mata.
“Bagaimana kisahnya Mas Jack,kok sampai dia begitu mulia di hadapan Allah? Apakah kita-kita ini yang sangatkotor juga bisa?”
Mata Jackmenerawangjauh. Lalu ia kisahkan tentang kehidupan pelacur itu. Ia adalah seorang hostes yang sangat cantik dan sangat laris. Semua orang di jakarta yang hobi berselingkuh dengan dunia perempuan tahu namanya. Begitu juga orang-orang di kampungnya tahu profesinya.Makanya, ketika tiba-tiba meninggal dunia, hampir tak ada yang mau mngubrnya. Sanak saudaranya juga tidak jelas. Akhirnya pelacur ini dikubur saja asal-asalan, di kuburan dekat sungai, yang tempatnya jauh dari kuburan umum. Masyarakat merasa jijik, dan sekaligus menjadikan momentum, agar dikenang, bahwa seorang pelacur kalau matitidak akan dikubur di makam umum. Mungkin masyarakat mau menghukum pelacur ini.
Sepuluh tahun kemudian, tiba-tiba ada proyek pelebaran sungai. Tentu kuburan pelacur ini akan digaruk begitu saja. Benar, ketika kuburan pelacur itu di buldoser, tiba-tiba buldosernya macet, dan berulang kali demikian. Akhirnya seorang kyai di kampung itu datang bersama masyarakat untuk mengeduk kuburan itu. APa yang terjadi?Mereka semua terkejut setangah mati ketika melihat mayat pelacur sepuluh tahun yang lalu masih utuh, kafannya masih bersih, kulitnya masih mulus. Mereka terhenyak, dan hampir semua yang melihat disana menangis, memohon ampun kepada Allah atas dosa dan penghinaan yang mereka lakukan selama itu. Akhirnya dikuburkan di makam umum, dihormati layaknya orang yang lain.
Jack terdiamsejenak hampir tersedak suaranya. Sementara para pelacur lainnya itu, sudah saling berpelukan menahan tangis atas kisah tragis itu.
“Apa yang dilakukannya selama jadi pelacur Mas?”
“Saya tidak tahu. Mungkin hatinya tidak pernah melacur, jiwanya untuk Allah. Dan setiap dia melacur dia hanya ingat Allah,bahkan menjerit-jerit.Saya dengar dari dunia waktu yang saya tembus, melihat dia menjelang meninggalnya menangis sampai kering air matanya, dan menjerit sampai pingsan atas pertobatannya, sampai wafatnya… Allah mengampuni segala dosanya yangberlalu. Saya merasa mendengarkan munajatnya begini:Tuhan,Engkau tahu aku hamba yang Engkau Ciptakan, dan Engkau pun tahu aku seperti initidak lepas dari TakdirMu. Kini aku hanya ingin kembalikepadaMu, setelah seluruh isi makhlukMu tidak ada yang menjadi harapanku.Kalu seluruh makhlukMu saja mencaciku, menghinaku,menghempaskanku
, lalu Engkaupun juga hendak membuangku,lalu siapa lagi yang bakal menerima hamba yang hina iniTuhaaan… PadahalEngkaulah satu-satunya harapanku…Karena itu terimalah aku di PangkuanMu ya Tuhaaann…”
Hotel berbintang ituseakan-akan mau roboh mendengar kisah Jack,karena setelah kisah itu diuraikan, berurai pula air mata dan jeritan jama’ah pelacur itu…

Sumber Literatur : 
Buku Jack & Sufi
M. Luqman Hakim.

Cinta Meliputinya




Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita.Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta …

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia tersebut.

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh,penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya.Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi.

Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya.Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.

Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.

Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinanapa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.

Cinta kepada harta artinya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri artinya bijaksana,cinta kepada mati artinya hidup dan cinta kepada Tuhan artinya Takwa.

Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta kedalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan. Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.

Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekedar canang yang gemericing.

Cinta adalah keabadian … dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.

Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak seorangpun pandai menilai cinta karena cinta bukanlah suatu objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati danmeniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.

Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya.

Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu,raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Well, mau yg mana???.....

Akulah Sang Serigala....


Terkisahlah seekor Serigala Pengembara yang selalu berlari dari padang ke padang, berlari menuju bukit ke bukit, dan mendaki satu gunung ke gunung lainnya. Ia adalah seekor serigala yang melintas dinginnya salju, meratapi musim semi dan berkeliaran kemana pun hatinya membawa. Ia adalah seekor serigala yang selalu melolong ke angkasa, dan menggemakan suaranya menembus gelap cuaca. Ia berbeda, ia bukan serigala yang berkumpul bersama koloni, ia adalah seekor serigala penyendiri. Serigala yang selalu bernyanyi lewat lolongannya. Serigala yang meratapi langit malam dan bintang-bintang.
Melolong. Ia selalu melolong. Tidak ada yang benar-benar mengerti mengapa Serigala Pengembara melakukan hal itu. Mereka hanya tahu bahwa seekor serigala yang berlari dari padang ke padang, berlari menuju bukit ke bukit dan mendaki dari satu gunung ke gunung lainnya adalah serigala yang selalu melolong ke angkasa. Entah apa yang disampaikannya, ia hanya selalu melolong pada langit gelap tak tercela.
Ia berlari seperti angin. Menegakkan kepalanya dan melolong pada bulan di tengah kelam malam. Begitu setiap malam. Hingga semuanya hanya tahu bahwa ia selalu berlari dan melolong ke angkasa.
Mereka semua telah lupa, bahwa ia adalah seekor serigala biasa. Yang membedakannya hanya lolongannya yang tak berhenti sepanjang malam. Mereka tidak mendengar juga tidak memperhatikan bahwa lolongan di setiap malam adalah lolongan dengan nada-nada yang tidak pernah benar-benar sama. Nyanyiannya selalu berbeda. Karena serigala itu selalu melolong sendiri tanpa ada koloni, ia juga tidak peduli apakah mereka semua mengerti. Ia hanya terus melolong, melolong dan melolong sepanjang malam.
Ia adalah serigala yang merindu pada bulan. Bulan yang bersinar tinggi di langit hitam tak berawan, atau bulan yang tertutup sebagian, atau bahkan pada bulan yang tak terlihat mata telanjang. Namun, Serigala Pengembara selalu tahu bahwa bulan itu selalu ada, selalu hadir setiap malam. Entah di belahan langit mana, entah kutub utara atau selatan, tapi bulan selalu ada meskipun tak terlihat. Itulah sebabnya dia selalu melolong ke angkasa setiap malam, dalam dingin musim salju atau dalam musim semi yang bisu. Ia tahu bahwa bulan selalu ada dan ia akan melolong padanya.
Ia adalah serigala yang mendendam pada bulan. Bulan yang bertahta di langit mulus tanpa luka, atau langit bertabur bintang kejora atau bahkan langit badai yang menghancurkan dunia. Ia adalah pemuja bulan yang tak sekalipun meninggalkan jadwal pemujaannya. Melolong adalah satu-satunya cara yang ia tahu, maka ia terus melolong, melolong dan melolong pada bulan yang dipujanya. Bulan indah yang mengembarai setiap malam, di sela jutaan bintang.
Ia adalah Serigala Pengembara yang selalu berlari dari padang ke padang, berlari menuju bukit ke bukit, mendaki dari satu gunung ke gunung lainnya. Mencari puncak-puncak tertinggi di dunia, berdiri tegak dengan kedua kakinya dan melolong membahanakan suara.
Suara lolongan yang berbeda. Lolongan bahagia saat bulan purnama karena tahu bahwa ia ada bertahta, lolongan yang bersyukur pada bulan lebih separuh karena tahu bulan sebentar lagi akan datang dengan sempurna, lolongan yang meratap berharap pada bulan segaris agar tidak pergi meninggalkannya, dan lolongan memohon saat bulan tak hadir, dengan hati yang hancur berharap agar bulan bersedia kembali menghiasi angkasa. Dan lolongan itu selalu berbeda, tapi mereka semua mendengarnya sebagai lolongan yang sama saja, lolongan yang tak terbeda.
Malam itu, Serigala Pengembara yang selalu melolong ke angkasa berlari menuju gunung tertinggi, setelah ia mengarungi padang dan bukit yang selalu kurang ketinggannya. Ia ingin melolong pada bulan, bulan yang terpantul di riak laut. Ia berharap bahwa ia bisa menemukan bulan di bawah arus yang menggeliat. Bahwa riak laut akan mendekatkannya pada bulan.
Ia berlari ke laut, berenang menuju terumbu karang, melolong pada ikan, bercumbu dengan gurita, tapi ia hanya merasa menderita, karena bulan ternyata hanya ada di atas permukaan, bercanda dengan angin yang tenang. Maka ia menuju riak laut, melolong pada bayangan bulan yang bergoyang perlahan. Tapi bayangan itu pecah tak terkira karena ia hanya bayangan, bayangan yang memantulkan bulan di singgasana langitnya. Tak sedikit pun ia bertambah dekat. Bulan tak di sana dan Serigala Pengembara semakin tersayat.
Maka, ia berlari menuju Himalaya, meninggalkan koloninya. Aconcagua telah didakinya, tapi ia bukan puncak tertinggi. Ia ingin lebih dekat, dan hanya puncak tertinggilah yang akan membawanya lebih dekat. Himalaya, itulah harapannya. Ia melesat bersama angin yang setia, menembus hujan, menerabas badai, meniti batu-batu pegunungan yang cadas, ia berlari seperti panah terlepas. Ia mengendus celah-celah karang, menembus gelap terang, berlari tak berhenti, sebelum waktu tak berdentang. Ia harus datang. Ia terus bergerak, sebelum jantung tak berdetak.
Di tengah badai salju yang ganas, kini Serigala Pengembara melolong pada bulan. Batu-batu padas memantulkan suaranya, melipatgandakan gemanya. Membuat ombak berhenti berayun, angin tak lagi bertiup, membuat telinga-telinga yang tuli dapat mendengar, mulut-mulut yang bisu semakin kelu. Bumi membeku. Semesta bergetar dalam lolongannya.
Langit pun datang dan bertanya pada Serigala Pengembara, ”Bulan adalah kekasihku. Apa yang kau inginkan darinya?”
Ia pun berhenti melolong dan menjawab, “Aku ingin mencinta Bulan yang ada di sana.”
“Kau tidak bisa. Kau tidak boleh melakukannya. Karena mencintanya hanya bisa dilakukan olehku.”
“Mengapa? Mengapa tidak kau ijinkan aku mencintainya. Aku hanya ingin mencintainya,” Serigala Pengembara meratap pada Langit yang kini berdiri di hadapannya
“Lantas, untuk apa kau melolong sepanjang malam hingga dunia bergetar. Aku tidak mungkin membiarkanmu.”
“Aku ingin Bulan tahu bahwa aku mencintainya.”
“Jika benar kau hanya ingin mencintainya, mengapa kau ingin ia tahu?”
“Aku ingin ia tahu bahwa pernah ada seekor Serigala Pengembara yang mencintainya dengan tulus. Hanya itu.”
“Hanya itu? Benarkah? Hanya ingin mencintainya?”
“Ya, aku hanya ingin mencintainya.”
“Jika kau kuberi satu kesempatan untuk memeluknya tanpa menginginkan membalasnya memelukmu. Setelah itu hentikan lolonganmu. Maukah kau?” Langit bertanya lagi.
“Aku mau. Karena aku hanya ingin mencintainya,” Serigala Pengembara menjawab dengan yakin. “Karena inilah sumpahku. Mencintainya dengan tulus.”
“Kau telah berjanji,” lanjutnya. “Waktumu hanya sesaat. Begitu kau menginginkan ia membalas pelukanmu, maka kau akan hancur berantakan di angkasa dan mengembara di sana selamanya. Kau bersedia?”
“Aku bersedia. Karena aku tulus mencintainya.”
Langit tersenyum dan melambaikan tangannya. Seketika, dunia bersinar seluruhnya, menelan Serigala Pengembara menuju pengembaraan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

***
Seekor serigala betina berjalan terseok-seok dengan kaki-kaki yang sudah semakin renta. Ia terpisah dari koloninya, suaminya telah mati dalam sebuah pertempuran. Ia kini sendirian, berjalan menembus badai salju mencari tempat perlindungan. Ia akan melahirkan seekor serigala muda yang akan menggantikan mendiang ayahnya.
Tapi, tubuhnya terlalu lemah. Ia terlalu lemah untuk berjalan lebih jauh, sementara padang salju putih seperti terhampar tiada habisnya. Ia tidak tahu bagaimana menyelamatkan dirinya dalam badai salju yang tak kenal ampun, melumat seluruh makhluk hidup yang berani menantangnya. Darah menetes-netes dari lukanya, memerahi salju, yang langsung membekukannya. Es yang beku setajam belati terus menusuk-nusuk kakinya, membuka luka semakin lebar. Tapi ia tidak punya pilihan, demi cinta yang kini dibawa dalam rahimnya. Demi bayi serigala yang ada di kandungannya, ia berani menantang apapun yang ada di dunia. Kalau perlu neraka ditentangnya. Ia tak peduli lagi pada surga.
Badai terus menggerus pegunungan, melemahkan tubuhnya yang ringkih termakan alam. Tapi jiwanya tak tergoyahkan, bayi ini harus selamat. Didakinya gunung-gunung es yang semakin licin dan curam. Malam tak punya kasihan, angin bertiup suram. Serigala betina terus berjalan, meniti jurang menganga, menanti semua yang lengah untuk diambil nyawanya. Tapi, serigala betina sudah tak peduli lagi pada nyawa. Ia melawan walau hanya dengan setengah hidupnya, karena setengah bagian lainnya telah dijemput kematian. Dalam setengah kematian, ia melawan.
Namun, apalah arti seekor serigala betina lemah di tengah alam yang mengamuk tak tentu arah. Hidupnya telah dijarah. Tubuhnya mungkin lelah, tapi jiwa tak kan terjajah. Angin gunung yang beku menelannya, mendorongnya ke arah jurang yang tanpa ampun menariknya. Ia melawan, tapi ia sudah terlalu lemah. Bayinya hampir lahir. Ia hampir menyerah. Ini mungkin sebuah akhir. Akhir yang getir.
Serigala betina menangis, menangis begitu keras. Ia rela melepaskan nyawanya begitu saja, tapi jangan biarkan bayi ini mati dalam rahimnya. Ia menangis, menangis begitu keras, hingga meruntuhkah bongkah-bongkah es raksasa. Menggelandangnya menuju pinggiran kehidupan, menjadikannya persembahan bagi kematian. Ia menangis, menangis begitu keras. Namun, hanya terdengar sebagai lolongan yang begitu jauh. Bagi nyawa yang telah teregang, tak pernah akan ada sauh. Tidak ada geladak yang bisa menyelamatkan. Tiada jejak yang akan tertinggalkan.
Maka, serigala betina menangis, menangis begitu keras. Melolong pada Langit, karena hanya Langit yang bisa menyelamatkannya.
“Kuberikan nyawaku untuk jiwanya!” teriaknya.
Suaranya menembus dan memantul dari langit. Tidak ada rasa takut. Tidak ada rasa sakit. Tiada gentar tersangkut. Ia marah, ia marah dalam putus asanya. Ada doa di sana. Doa serigala betina yang ingin menghidupkan jiwa dalam rahimnya.
Langit tak tuli, pun tak bisu untuk terus diam membeku. Lewat tetesan asteroid, Langit berkata, “Inilah garis edar yang harus diarungi semua bintang. Hanya satu yang boleh tersisa. Saat yang satu berhak atas kehidupan, berarti lainnya harus merasakan kematian.”
“Berikan kematianku untuk hidupnya. Telankan neraka dalam mulutku untuk surganya!” erangnya.
“Itukah pilihanmu?”
“Adakah yang lain untukku?” Ia menangis
Langit diam dalam bijaknya. Dipeluknya serigala betina dengan kedua tangannya. Direkanya potongan-potongan jiwa pengorbanan dan direkatkannya di langit. Diletakkannya ia dalam konstelasi bintang-bintang sebagai jejak. Bagi mereka yang mampu melihat tiada akan ada jarak.
Sementara, lewat sebuah bintang jatuh lahirlah Serigala Pengembara. Begitu kisah dari para tetua. Sebuah cerita yang disampaikan pada Serigala Pengembara. Demi sebuah cinta yang tulus, sejak itulah Serigala Pengembara melolong pada bulan. Ia ingin mencinta bulan seperti ibunya mencinta dirinya. Bulan yang tulus memberi cahaya dan bertahta dalam gelap maha sempurna.
***
Langit yang sama telah mengabulkan doa Serigala Pengembara. Menembus udara malam yang bergerak perlahan menuju titik batas angkasa. Menuju tempat di mana Bulan bertahta. Bulan yang selama ini telah dipujanya. Bulan yang telah disampaikan cinta lewat lolongannya.
Lewat titian awan ia berkelana, menuju tempat yang lebih tinggi dari puncak-puncak tertinggi. Himalaya bahkan terlalu kecil dari sini.  Menembus atmosfer menuju angkasa hampa udara. Menuju gelap maha sempurna. Tempat hitam abadi bersemayam, dimana matahari tak pernah terbit dan bulan tak pernah tenggelam.
Ia berdebar. Kini ia akan berada begitu dekat pada Bulan. Bulan terang berpendar-pendar. Bulan yang selalu tersenyum, betapapun gelap menelannya tanpa ampun. Bulan yang dipujanya dengan hati, disanjungnya mungkin sampai mati.
“Aku mendengar. Kurasakan lolonganmu,” Bulan berkata pada Serigala Pengembara.
Serigala Pengembara tersenyum nyaris tertawa. Ia bahagia. Pengembaraannya ke seluruh penjuru dunia, ke seluruh sudut bumi, melewati salju dan api, tidak sia-sia. Bulan bisa merasakan cintanya. Dan kini, Serigala Pengembara berada dalam pengembaraan terjauhnya. Melintas batas hidup, melewati garis yang tak pernah dilewati semua makhluk.
Dalam mimpinya untuk meraih Bulan, tak pernah sedikitpun ia membayangkan bisa sedekat ini. Bulan telah menjadi detak jantungnya, hidup dalam setiap denyutannya. Dan kini ia berdiri bersisian dengannya. Berjalan bersama dalam revolusi. Memeluknya dalam setiap rotasi. Bahagia bukan kata yang tepat, karena ini lebih dari bahagia. Berjuta lembar tiada akan cukup untuk menuliskan perasaannya. Musisi akan kehabisan nada untuk menyanyikannya dan pujangga akan kehabisan kata-kata.
Tiada kata dalam kamus yang bisa menggambarkan perasaan Serigala Pengembara. Ia melolong pada Bulan seperti yang biasa dilakukannya. Suaranya tiba di bumi, entah lewat apa, karena ini ruang hampa udara. Tiada cara untuk menyampaikan suara. Tapi suara lolongannya tiba di bumi, terdengar oleh setiap anggota koloni yang serentak melolong pada Bulan. Mereka tahu, bahwa Serigala Pengembara telah tiba pada apa yang dia cari. Melolong dari jarak sedekat ini. Tiada lagi batas yang memisahkan suara dengan tujuannya. Tiada lagi atmosfer yang memantulkan suara yang dihela oleh cinta. Ia melolong, melolong dan koloni membalasnya. Dunia dipenuhi lolongan.
Tapi ini bukan bumi, ini kawasan tak berpenghuni. Seperti cerita para tetua, ini wilayah di mana serigala betina mengembara sebagai bintang. Bintang hanya pemandu dan bukan penunjuk waktu. Tanpa perlu matahari atau bumi yang berotasi, waktu akan tetap berjalan. Waktu adalah sejati, tak perlu ditakar atau diukur. Tak bisa ditarik atau diulur.
Waktu berjalan singkat saat putaran bumi tak dijadikan perhitungan, saat sinar matahari tak mampu menembus lagi. Saatnya hampir habis. Ia kini harus pergi.
“Ikutlah denganku ke Bumi,” serigala berkata pada Bulan.
Bulan tersenyum dan berkata, “Aku adalah milik Langit malam yang kelam. Tempatku ada di sini. Aku tak mungkin dan tak akan melakukannya.”
Tak mungkin mengubah sang Bulan. Karena ia sejati. Tak mungkin membawanya pergi. Serigala Pengembara menjadi ragu untuk meninggalkannya. Bulan adalah pencapaian tertinggi dalam hidupnya. Tujuan dari setiap lolongannya. Ujung akhir dari pengembaraannya. Dan kini ia begitu dekat, begitu berat untuk meninggalkannya. Ia tak rela, tapi ia harus pergi. Dipandangnya Bulan untuk terakhir kalinya. Serigala Pengembara terlalu mencintainya.
“Pergilah, Serigala Pengembara…,” berbisik Bulan padanya.
Serigala Pengembara bimbang dalam hatinya, ia tak ingin pergi dari sini. Ia terlarut hingga lupa pada janjinya. Ia menangis dan berkata, “Maukah kau memelukku untuk terakhir kalinya…?”
Alam diam. Tiada jawaban. Ini sepi yang hambar. Komet berputar. Sebuah janji telah terlanggar. Sumpah telah teringkar. Serigala Pengembara tak lagi setia pada ikrar. Kini hanya ada konsekuensi, saatnya memetik sangsi. Serigala tersadar, ini akhir pengembaraannya. Kapalnya sudah menepi. Waktu melambat dan sauh telah tertambat.
Seketika, langit bergetar. Komet melesat dari balik kebekuan, membelah langit yang memang selalu malam. Merenggut Serigala Pengembara begitu rupa. Serigala tak bisa menolaknya, ia telah melanggar janjinya. Janji tentang cinta tulus yang katanya takkan pernah meminta. Cinta yang katanya mampu melepaskan. Cinta yang tidak memiliki. Cinta yang membebaskan. Cinta yang takkan pernah memenjarakan. Kini, cinta meledakkan Serigala Pengembara di kegelapan dan mengembarakannya selamanya.
Dengan alasan yang berbeda, ia kini ada di tempat yang sama dengan ibunya.
Berbisik Langit pada alam, “Akulah langit yang mencinta Bulan bertahta, dan membiarkannya mengembara di angkasa.”


Aku...
Pondok Indah, 14 November 2016,
Supermoon....Untuk mu Bah...

Selasa, 13 September 2016

Never Give Up

Alkisah, ada seorang pria bernama Takezo. Ia pria yang putus asa dan punya pikiran untuk bunuh diri karena merasa sudah tidak punya arti dalam kehidupannya. Namun sebelumnya, ia menyempatkan pergi ke sebuah tempat di tepi hutan untuk berbicara  dengan seorang bijak bernama Takuan.

Katanya, “Berikan aku satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah.”
Mendengar pertanyaan itu, Takuan menjawab, “Coba lihat sekitarmu, Takezo. Apakah kau melihat pohon pakis dan bambu itu?”
“Ya, aku lihat itu,” jawab Takezo.
Orang bijak itu menjawab dengan sebuah kisah pendek.
“Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, alam merawat keduanya secara sangat baik. Alam memberi keduanya cahaya, dan memberi air. Pakis tumbuh sangat cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Tapi ketahuilah, sementara pakis tumbuh sangat subur, benih bambu tidak menghasilkan apa pun. Tapi, bambu berkata, ‘Aku tidak menyerah’.”

“Pada tahun kedua hingga tahun keempat, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi bambu selalu berkata, ‘Aku tidak menyerah’.”

“Kemudian, pada tahun kelima, muncul tunas kecil. Jika dibandingkan dengan pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna,” jelas Takuan, orang bijak itu, pada Takezo. “Tapi, lihatlah enam bulan kemudian. Bambu tumbuh menjulang sampai 30 meter tingginya!”

“Begitulah, untuk menumbuhkan akar, bambu perlu waktu lima tahun. Akar tersebut membuat bambu kuat dan membuatnya mampu bertahan hidup,” terang Takuan. “Ingat, Sang Pencipta tidak akan memberi cobaan yang tak sanggup diatasi ciptaanNya.”

bamboo 2

Takezo pun termenung mendengar semua ucapan itu.
Orang bijak itu kemudian memberi wejangan. “Tahukah kau, Takezo? Di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kau sebenarnya sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat? Sebagaimana alam tidak meninggalkan bambu, Sang Pencipta juga tidak meninggalkan kamu. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain! Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya tetap punya manfaat membuat hutan menjadi indah. Yakinlah, waktu kamu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi, asal tetap mengandalkan Sang Pencipta dalam setiap rencana dan jalan hidupmu.”



Itulah sepenggal percakapan Takezo sebelum menjadi Miyamoto Musashi, pendekar samurai yang sangat terkenal. Kisah tersebut menggambarkan terjadinya proses yang alami, lambat, namun justru di sanalah mengakar kekuatan yang sebenarnya.

Demikian juga kita dalam kehidupan ini. Masing-masing makhluk punya jalannya sendiri—yang tidak selalu berjalan lurus.

Maka, ketika rasa pahit dan getir kita terima saat ini, jangan putus asa. Bisa dikatakan, kita sedang berproses untuk mengakar kuat dan saatnya nanti menjelma menjadi “batang bambu” yang menjulang ke angkasa. Dan, dengan akar yang kuat itulah kita akan jauh lebih tegar dan kuat saat kembali dihempas angin.

Mari melihat kembali berbagai proses yang kita alami dalam kehidupan. Nikmati, resapi, hayati, dan dapatkan nilai-nilai yang bisa menjadi pegangan bagi kita untuk berbuat lebih baik dan lebih baik lagi! Jika itu terus kita lakukan, niscaya hasil apa pun yang kita terima, sebenarnya kita telah jadi pemenang sejati kehidupan.


(sumber : Andrie Wongso)

Selasa, 30 Agustus 2016

Cerita Kehidupan



" Semua perjalanan hidup adalah sinema. Bahkan lebih mengerikan. Darah adalah darah, dan tangis adalah tangis. Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu"

(Supernova; Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh)

Dan ketika darah dan tangis menghampiriku...aku maafkan...karena rencana Allah akan selalu lebih indah..

Tidak mudah memberikan asa kepada seseorang, tidak mudah menitipkan amanah, Tidak mudah menitipkan hati.

Ku harap dia yang ada dibilik kenyamanan ataas kemunafikannya...segara sadar...rentangkan sayap tinggi..terbang..dan kejar apa yang dia inginkan..bukan hanya sebatas omongan yang tak bertepi.



Senin, 15 Agustus 2016

Kebenaran Yang Merupakan Kebohongan


Pagi ini....di sudut paling pinggir Mc Donald Pondok Indah...tempat ternyaman buat sendirian, plus ada colokan kabel....


"Yah aku baik2 aja."..."yah aku ada uang kok",..."ah aku semangatlah kerja"...."aku bahagiaa kok"..."hahahhha aku orang paling beruntung di dunia"...pernyataan pernyatan itu memang kebenaran yang selalu diucapkan, tapi kok ya bohong ya?

Tp emang kadang bohong itu perlu, lagian orang lain buat apa tau yang sesungguhnya tentang kita,..biarlah orang yg tau tentang kita ya yang baik2 aja....yang seneng2 aja....jadi kesannya selalu bahaagiaaa terus.

Hanya saja karena terbiasa terlihat selalu baik2 saja, pas giliran sedih beneran orang ga percaya, "Ah elo bisa2nya aja deh sedih...hidupmu udah bahagia terus kok." hehehe ya sudahlah itu kan doa mereka juga...aaamiiin qobul ya Allah

Well udah cukup seperti moodbooster hari ini....yuk kembali lagi mendulang rejeki...