Kamis, 17 Januari 2013

Selasa, 06 Oktober 2009

Ssssttt..Jangan Bilang Sapa-Sapa Ya.....

Pernah mengatakannya? Aku pernah. Mungkin nggak setepat itu, tapi masih kakak-adik lah dengan kalimat itu. Dan yang lebih serunya lagi, klu itu rahasia kita yang diomongin keorang2 setelah beberapa kali mulut orang dan terakhirnya ke telinga kita he he he..(hmm...resiko orang cakep mang gini kali ye hehehe)
Rahasia. Aku baru membicarakan sebuah rahasia perusahaan dengan seorang teman. Kemudian aku keluar buat makan siang. Kata ‘rahasia’ menggelitikku. Aku mempertanyakan, apakah rahasia yang sudah diceritakan masih memenuhi kriteria untuk disebut rahasia? Sehabis kenyang aku makin penasaran apa sih arti rahasia menurut kamus. Daripada mati penasaran, yang secara fisiologis sama tak mungkinnya dengan mati karena malu, aku search di Google kata ‘secret’, terlalu banyak hasil yang keluar. Kemudian aku mencari di kamus elektronik. Hasilnya adalah, Secret: not open or public; kept private or not revealed; Aku mencari dari berbagai sumber lagi. Yaaa … hasilnya nggak jauh dari itu. Jadi sebaiknya kutulis satu saja. Tidak terbuka. Tidak diungkapkan. Mungkin itu padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Aku bukan ahli bahasa, jadi aku menganalisis seenaknya. ‘Sesuatu yang tidak diungkapkan kepada publik’ menjadi akhir kesimpulanku.
Pencapaian kesimpulan itu membuatku berpikir ulang dengan keadaan tadi yang mana aku baru saja membicarakan sebuah rahasia, ok … beberapa, memang nggak cukup membicarakan cuma satu rahasia. Apa rahasia tetap jadi rahasia setelah keluar dari mulut? Mengacu pada pengertian di atas, menurutku tidak. Tapi sepertinya sudah sangat umum ketika seseorang berkata pada temannya, “Sssttt … ini cuma antara kita aja ya?” atau “Aku cuma ngasih tau sama kamu aja, kamu jangan bilang siapa-siapa ya?” Dan tetap menyebutnya sebagai rahasia.
Kemudian orang kedua bercerita pada teman lain yang sangat dipercaya. Orang ketiga itu menceritakannya pada sahabatnya dengan asumsi sahabatnya adalah orang yang paling dipercayainya di dunia. Si sahabat bercerita pada suaminya karena memang sudah puluhan tahun mereka saling berbagi. Akhirnya sang suami sudah tidak menganggap itu rahasia sehingga ketika makan siang di kantor dia bercerita pada teman kerjanya. Dan teman kerja itu ikut suatu forum di internet dan menceritakannya di sana. Orang pertama a.k.a si pemilik rahasia yang sedang sedih karena masalahnya diketahui buanyak orang yang akhirnya mengkonfirmasi satu2 ke pemilik rahasia..halah..iki opo...hm....
Tapi ada positivenya klo masalah kita masukan ke dlm forum di internet, bisa jadi bahan diskusi dan akhirnya hal yang membuat kita lebih bersyukur apabila membaca masalah orang lain yang hampir sama beratnya, bahkan lebih berat dari yang diterimanya. Cuman yang gak kita tahu itu adalah masalahnya sendiri yang sudah mengembara sambil memunguti batu pada tiap perjalanannya sehingga makin lama makin berat. Makin lama makin pedas, makin panas, kadang malah makin jauh dari masalah pokoknya. Mengembang seperti mengembangnya alam semesta. hm....
Kasus lain ketika seseorang menceritakan rahasianya pada seorang teman yang amat sangat dipercayainya sekali. Lalu dengan pola yang sama, orang kedua menceritakannya dengan awalan, “Ssstt … aku cuma bilang sama kamu ya? Jangan cerita lagi sama siapa-siapa!”. Kemudian orang ketiga itu sedang mengobrol dengan orang keempat dan obrolannya menyinggung orang pertama, dia teringat cerita orang kedua. Begitu seterusnya sampai orang-orang dalam komunitas itu tahu semuanya. Semua tahu tapi semua diam. Masalahnya orang pertama takkan pernah tahu seberapa banyak orang yang tahu, dan percayalah cerita itu tidak akan berhenti pada komunitas itu saja, pasti menjalar ke orang lain di luar komunitas dan makin meluas sampai akhirnya di ujung kota seseorang berkata dengan enteng, “Iya nih, gw denger sih … bla … bla … parah banget deh pokoknya.” Jadilah sebuah cerita rakyat yang berpotensi jadi legenda kemudian jadi mitos. Siapa tahu? Mungkin itu alasan mengapa aku begitu skeptis tentang berbagi. Terutama berbagi rahasia. Aku termasuk orang yang percaya bahwa membocorkan rahasia adalah sifat dasar manusia, selain mencari-cari kesalahan orang lain tentunya. Makanya ketika aku menceritakan hal yang baru pada teman –sekecil apapun hal baru itu, aku sudah membuat kalkulasi mengenai apa yang mungkin terjadi, bagaimana responnya, dan seluas apa ceritaku akan menyebar (walaupun aku tahu tak bisa memprediksikan segalanya, aku bukan Tuhan yang sudah menentukan segalanya).
Jadi aku berkesimpulan kalau rahasia tetap rahasia bila hanya disimpan sendiri. Bahkan jika begitupun, tetap nggak cuma sendiri yang tahu. Tuhan tahu. Kasus lain. Ini lebih mengingatkanku untuk berusaha tidak melakukan hal yang negatif (walaupun sangat amat susah sekali pastinya). Mungkin ada rahasia yang dibawa mati, tapi kebanyakan tidak. Coba telisik kasus pembunuhan Nasrudin dengan tersangka Antasari Azhar. Sebelum Nasrudin meninggal, mungkin nggak akan ada yang tahu kalau dia punya istri lagi. Mayat tentu tak bisa ngeles seperti supir bajaj kan?
"Eh..ku ada rahasia ni, tapi jangan bilang sapa2 ya, hm .. aku suka lo sama x...hm .. kalo dia jadi pacar gelapku ok kali ya he he he abis orangnya baik amat sih .. yang jelas dia memang hanya manusia biasa sih he he he bla bla bla.....
My dear friends, now .. you know my little secret. Keep it and don’t tell anyone, allright???

Tidak ada komentar: