Selasa, 06 Oktober 2009
Ssssttt..Jangan Bilang Sapa-Sapa Ya.....
Pernah
mengatakannya? Aku pernah. Mungkin nggak setepat itu, tapi masih
kakak-adik lah dengan kalimat itu. Dan yang lebih serunya lagi, klu itu
rahasia kita yang diomongin keorang2 setelah beberapa kali mulut orang
dan terakhirnya ke telinga kita he he he..(hmm...resiko orang cakep mang
gini kali ye hehehe)
Rahasia.
Aku baru membicarakan sebuah rahasia perusahaan dengan seorang teman.
Kemudian aku keluar buat makan siang. Kata ‘rahasia’ menggelitikku. Aku
mempertanyakan, apakah rahasia yang sudah diceritakan masih memenuhi
kriteria untuk disebut rahasia? Sehabis kenyang aku makin penasaran apa
sih arti rahasia menurut kamus. Daripada mati penasaran, yang secara
fisiologis sama tak mungkinnya dengan mati karena malu, aku search di
Google kata ‘secret’, terlalu banyak hasil yang keluar. Kemudian aku
mencari di kamus elektronik. Hasilnya adalah, Secret: not open or
public; kept private or not revealed; Aku mencari dari berbagai sumber
lagi. Yaaa … hasilnya nggak jauh dari itu. Jadi sebaiknya kutulis satu
saja. Tidak terbuka. Tidak diungkapkan. Mungkin itu padanan katanya
dalam bahasa Indonesia. Aku bukan ahli bahasa, jadi aku menganalisis
seenaknya. ‘Sesuatu yang tidak diungkapkan kepada publik’ menjadi akhir
kesimpulanku.
Pencapaian
kesimpulan itu membuatku berpikir ulang dengan keadaan tadi yang mana
aku baru saja membicarakan sebuah rahasia, ok … beberapa, memang nggak
cukup membicarakan cuma satu rahasia. Apa rahasia tetap jadi rahasia
setelah keluar dari mulut? Mengacu pada pengertian di atas, menurutku
tidak. Tapi sepertinya sudah sangat umum ketika seseorang berkata pada
temannya, “Sssttt … ini cuma antara kita aja ya?” atau “Aku cuma ngasih tau sama kamu aja, kamu jangan bilang siapa-siapa ya?” Dan tetap menyebutnya sebagai rahasia.
Kemudian
orang kedua bercerita pada teman lain yang sangat dipercaya. Orang
ketiga itu menceritakannya pada sahabatnya dengan asumsi sahabatnya
adalah orang yang paling dipercayainya di dunia. Si sahabat bercerita
pada suaminya karena memang sudah puluhan tahun mereka saling berbagi.
Akhirnya sang suami sudah tidak menganggap itu rahasia sehingga ketika
makan siang di kantor dia bercerita pada teman kerjanya. Dan teman kerja
itu ikut suatu forum di internet dan menceritakannya di sana. Orang
pertama a.k.a si pemilik rahasia yang sedang sedih karena masalahnya
diketahui buanyak orang yang akhirnya mengkonfirmasi satu2 ke pemilik
rahasia..halah..iki opo...hm....
Tapi
ada positivenya klo masalah kita masukan ke dlm forum di internet, bisa
jadi bahan diskusi dan akhirnya hal yang membuat kita lebih bersyukur
apabila membaca masalah orang lain yang hampir sama beratnya, bahkan
lebih berat dari yang diterimanya. Cuman yang gak kita tahu itu adalah
masalahnya sendiri yang sudah mengembara sambil memunguti batu pada tiap
perjalanannya sehingga makin lama makin berat. Makin lama makin pedas,
makin panas, kadang malah makin jauh dari masalah pokoknya. Mengembang
seperti mengembangnya alam semesta. hm....
Kasus
lain ketika seseorang menceritakan rahasianya pada seorang teman yang
amat sangat dipercayainya sekali. Lalu dengan pola yang sama, orang
kedua menceritakannya dengan awalan, “Ssstt … aku cuma bilang sama kamu ya? Jangan cerita lagi sama siapa-siapa!”.
Kemudian orang ketiga itu sedang mengobrol dengan orang keempat dan
obrolannya menyinggung orang pertama, dia teringat cerita orang kedua.
Begitu seterusnya sampai orang-orang dalam komunitas itu tahu semuanya.
Semua tahu tapi semua diam. Masalahnya orang pertama takkan pernah tahu
seberapa banyak orang yang tahu, dan percayalah cerita itu tidak akan
berhenti pada komunitas itu saja, pasti menjalar ke orang lain di luar
komunitas dan makin meluas sampai akhirnya di ujung kota seseorang
berkata dengan enteng, “Iya nih, gw denger sih … bla … bla … parah
banget deh pokoknya.” Jadilah sebuah cerita rakyat yang berpotensi jadi
legenda kemudian jadi mitos. Siapa tahu? Mungkin itu alasan mengapa aku
begitu skeptis tentang berbagi. Terutama berbagi rahasia. Aku termasuk
orang yang percaya bahwa membocorkan rahasia adalah sifat dasar manusia,
selain mencari-cari kesalahan orang lain tentunya. Makanya ketika aku
menceritakan hal yang baru pada teman –sekecil apapun hal baru itu, aku
sudah membuat kalkulasi mengenai apa yang mungkin terjadi, bagaimana
responnya, dan seluas apa ceritaku akan menyebar (walaupun aku tahu tak
bisa memprediksikan segalanya, aku bukan Tuhan yang sudah menentukan
segalanya).
Jadi
aku berkesimpulan kalau rahasia tetap rahasia bila hanya disimpan
sendiri. Bahkan jika begitupun, tetap nggak cuma sendiri yang tahu.
Tuhan tahu. Kasus lain. Ini lebih mengingatkanku untuk berusaha tidak
melakukan hal yang negatif (walaupun sangat amat susah sekali pastinya).
Mungkin ada rahasia yang dibawa mati, tapi kebanyakan tidak. Coba
telisik kasus pembunuhan Nasrudin dengan tersangka Antasari Azhar.
Sebelum Nasrudin meninggal, mungkin nggak akan ada yang tahu kalau dia
punya istri lagi. Mayat tentu tak bisa ngeles seperti supir bajaj kan?
"Eh..ku
ada rahasia ni, tapi jangan bilang sapa2 ya, hm .. aku suka lo sama
x...hm .. kalo dia jadi pacar gelapku ok kali ya he he he abis orangnya
baik amat sih .. yang jelas dia memang hanya manusia biasa sih he he he
bla bla bla.....
My dear friends, now .. you know my little secret. Keep it and don’t tell anyone, allright???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar