Senin, 09 September 2013

sayap patah

sayapku patah..
Paruhku retak..
Hatiku hampa..

Han..kalo didunia ini ada yang namanya belati..maka itu adalah engkau..
Han..kalo didunia ini ada cinta maka itu adalah engkau.

Hancurkan...retakkan..hampakan..

Belatimu...cintamu..

Aku berdarah...tanpa arah.

Doaku semoga cintamu menumpulkan belatimu...





Kamis, 05 September 2013

Three Times a HOPE

Aku tahu Tuhan menguji kita dalam jarak dan waktu, namun hujan ini sebagai saksi; bahwa aku penyetiamu lebih dari kemarin dan seterusnya. 

Karena sejatinya setia; bukan pada mencintai sampai mati, tapi sekuat apa kita bertahan, dalam badai dan hujan
 
Hingga cincin ikatan dan nama mu yang ada di kitab Lauhul Madhfuz ku di sahkan oleh-Nya. Aaamiiin.


Rabu, 04 September 2013

Janji








Hari ini aku ingin lepas dari tubuh puisi. 
Menjadi seseorang yang benar-benar aku. 
Seorang yang sering menangis akhir-akhir ini. 
Menyakiti sajak-sajaknya sendiri.
Sebut saja aku, seorang yang mengartikan luka dan bahagia, dengan satu kata; air mata. 
Ya, tapi kali ini aku ingin berbicara tentang makhluk yang kau namai Perempuan.
Setiap perempuan pasti pernah terluka karena cinta.

Menangis, itu wajib. Tapi hanya wanita yang tau bagaimana menyembuhkan luka, menutupnya rapat-rapat, agar ia tak jatuh lagi pada lubang yang sama. 
Kita bukan perempuan, tapi kita adalah wanita; yang tak mungkin jatuh pada kesakitan yang sama  
Jika diukur dengan nilai maksimal 10, maka saat jatuh cinta, seorang perempuan hanya memakai 1 untuk logika, sisanya perasaan belaka  
Perempuan selalu membiarkan dirinya hanyut dengan perasaannya saat jatuh cinta, 
hingga logika tak lagi jadi pertimbangan. 

Hmm, apakah aku seorang wanita, atau perempuan?

Seseorang yang rela berulang dirajam kebodohan.

Karena masih membiarkan jendela terbuka lebar, sehingga luka bisa kapan saja mengunjungi dari sana. Membiarkan diri terpuruk pada kesalahan-kesalahan yang berulang.
“Karena, sebodoh inilah hati yang mencintai, tak mampu berpaling walau berulang dilukai”
 
Ucapkan selamat datang pada logika, jika cinta sudah tak lagi menyakitimu. Ucapkan selamat tinggal pada logika, jika kau terus mencintainya dengan buta

Cinta selalu menjadi kambing hitam saat kita merasa kesakitan. 

Bukankah semua pilihan ada di tangan kita, ketika harus memilih; tetap duduk menunggu demi rindu atau bangkit berdiri, kemudian melangkah pergi?
Tapi itulah kita; perempuan, menikmati kesakitan, menepikan logika saat berada di sisi lelakinya.
Kata wanita, terdengar lebih anggun dan matang, tapi perempuan sepertinya lebih cocok untuk menggambarkan dia yang terluka tapi masih mau bertahan.
Jadilah seorang wanita jika kau sudah mampu menggunakan logika dan bangkit dari luka.

Tapi jika hatimu tak mampu berpaling, biarkan rindu membuatmu tetap berada di situ, di sisi lelakimu. 
Bukankah kita sudah terbiasa menikmati sakitnya?

Kini Kamu Sebebas Merpati

Gamang menoreh merah hati ini
Mengabadikan kerinduan yang tak terwujud
Tidak ada lagi yang tersisa semenjak kau menjelma menjadi merpati
Selain kepak sayapmu yang membuat ranting patah-dan lepas

Di sisimu
Setiap hembus nafasku, adalah pengabdian
Yang takkan mampu kau bayar, dengan ribuan pelukan

Terbang…. Terbang saja kemana kau inginkan
sayang ini takkan pernah cukup buatmu..
rindu ini tak kan pernah mampu untuk kau baca
Kau beku di ketinggian
Tak bergeming

Tapi lihatlah sayang
Cintaku segila ini, melampaui batas, memeluk segala yang kau sebut abadi
 Mungkin setelah kau mengepakkan sayapmu tinggi-tinggi..mencari yang kau sebut pilihan
baru kau akan mengetahui...

betapa dalam rasa ini untukmu..


jakarta 5 September 2013
ketika kamu mulai jarang mengatakan..dulu, sekarang dan akan datang..