Minggu, 24 November 2013

Ignorance

 

Titip satu Cinta..
Judul buku yang ditulis oleh pasangan suami istri Deni dan Elmy..kisah mereka yang saya lihat di acara Kick Andy semalem benar2 membuat saya terharu..yaa..cinta sejati itu tidak memerlukan alasan.....cinta sejati adalah kepasrahan menerima dan memberi..

Berbagai kisah kehidupan yang menayangkan betapa sesorang memiliki cinta sejatinya. Seperti kisah Putri Herlina yang sejak bayi tidak memiliki tangan dan akhirnya disunting oleh lelaki yang normal dan anak seorang pejabat BI. Lelaki itu tidak memiliki persyaratan untuk dijadikan istrinya. Cinta sejati juga ditunjukan oleh Pangeran Charles dan Camilla Parker. Betapa keras hujatan keluarga kerajaan dan publik di UK tentang keberadaan Camilla Parker, tapi Pangeran Charles tetap memilih wanita yang dicintainya.

Cinta sejati selalu indah untuk diperjuangkan, walaupun untuk mendapatkannya penuh pengorbanan. Ya pengorbanan itulah yang memperkuat mereka...indah bukan..apabila pengorbanan itu dijalani dengan saling menyayangi dan melengkapi..kepasrahan dan keyakinan.? Mereka adalah pemenang dalam peperangan batinnya.
...

Dua bulan lalu saya menjadi orang patah hati. Perasaan di hempas dan tidak disayang, itu menjadi puncak kumulasi dari rasa frustrasi global saya atas suatu hubungan. Ia berhasil merenggut sebutir mungil berlian yang saya simpan selama ini. Dan saya dipaksa melihat kenyataan pahit bahwa perang itu ternyata masih berlangsung. Perang Salib atau kerusuhan Ambon, hanya masalah skala dan tempat. Esensinya tetap sama. Kita berperang setiap hari mengatasnamakan kebenaran, agama, dan Tuhan. Padahal apa yang kita perangkan hanyalah konsep kita sendiri, isu pribadi kita sendiri, yang tak berani kita selesaikan di dalam hingga kita harus memproyeksikannya keluar, ke orang-orang yang kita sayangi. Hanya karena kita pengecut. Kita tidak berani meninjau peperangan di dalam diri. Menggapai keluar lebih mudah. Menilai dan menghakimi orang lain lebih memuaskan daripada mengevaluasi ke dalam.

The greatest enemy is not evil, but ignorance. And as far I as can see, we’re not living in the age of new consciousness. Not even close. We’re living in the age of ignorance, as we’ve always been, and will always be.

Duka cita yang mendalam ini barangkali hanya untuk sementara. Namun hari ini saya ingin mengucapkan selamat tinggal pada berlian mungil itu, yang meski juga sementara, cahayanya sempat menggerakkan saya untuk berharap. Semoga kelak..saya akan menemukan berlian yang sejati..yang tidak sekedar terlihat sejati..atau mengaku-ngaku sejati.

Kini izinkan saya pamit dari berduka.

NB. Tidak perlu menangisi lagu  Cinta Sejatinya BCL...karena kamu terlalu pengecut untuk menjalaninya...




Tidak ada komentar: